
Minggu, 10 Agustus 2025
09.00 WIB | Pnt. Robynson Letunaung Wekes
(Ketua V Majelis Sinode GPIB)
Perkenalan Badan Pelaksana Musyawarah Pelayanan GPIB di Jakarta Selatan
17.00 WIB | Pdt. Francisca H. E. Toding Datu - Manuputty
Pukul 09.00 WIB | R. Rapat lt. 1
Pukul 09.00 WIB | R. Paulus & Timotius lt. 1
RENUNGAN DARI MEJA PENDETA
SETIA PADA KASIH KARUNIA YANG MEMERDEKAKAN
1 Timotius 1 : 12 - 17
Sahabat-sahabat yang Tuhan kasihi,
Dewasa ini soal kesetiaan menjadi hal penting sebab kesetiaan selalu bersifat terus menerus, tidak terputus. Kesetiaan menunjukkan bahwa seseorang tidak sendirian tetapi selalu berhubungan dengan orang lain. Kesetiaan memperlihatkan adanya orang lain di luar diri sendiri sehingga tindakan setia selalu tertuju kepada pihak lain juga diri sendiri.
Di samping itu kesetiaan selalu diwujudkan dengan titik tolak kebajikan sehingga kesetiaan seharusnya berujung pada kesediaan untuk tetap berarti bagi orang lain. Amsal 3:3-4 memberi petunjuk tentang berharganya kesetiaan yang terarah kepada Allah dan sesama. Kesetiaan yang tidak hanya nampak dalam kata tetapi terwujud juga dalam tindakan pelayanan. Dengan pemahaman demikian maka pernyataan Paulus tentang kesetiaannya pada pelayanan merupakan jawaban kepada kasih karunia Allah yang telah dialaminya. Paulus secara terbuka menunjukkan bahwa kasih karunia Allah yang telah mengubahnya menjadi pribadi yang baru hanya bersumber dari Allah yang setia (Lih. 1 Tes. 5:24).
Jadi kesetiaan Paulus dalam pelayanan bukanlah sebuah cara untuk mendapat kasih karunia Allah tetapi sebaliknya oleh kasih karunia Allah maka Paulus setia dalam pelayanan. Pemahaman seperti ini penting agar kesetiaan pada pelayanan tidak berubah menjadi pola transaksi yang berorientasi pada kepentingan diri. Paulus yang menyatakan bahwa dirinya sungguh tidak layak untuk menerima kasih karunia adalah Paulus yang mewujudkan kesetiaan kepada Allah dengan melayani umat-Nya sebagai tanggapan atas kesetiaan Tuhan.
Sahabat-sahabat yang Tuhan Yesus kasihi,
Dalam bacaan kita saat ini dikemukakan oleh Paulus sebuah pengajaran yang penting karena bertumpu pada pemahaman yang benar tentang kasih karunia Allah. Pengajaran ini adalah sebab berikut:
1. Kasih Karunia Tuhan Yang Mengubah (ayat 12-14)
Kasih Karunia Tuhan selalu berujung pada perubahan yang mendasar yakni cara pandang baru tentang nilai kehidupan. Paulus yang mengalami perubahan adalah Paulus yang hidup dengan nilai-nilai baru. Tidak seperti mereka yang dikemukakan oleh pengajar sesat di ayat 7 sebagai pengajar-pengajar yang tidak mengalami perubahan karena kedangkalan pemahaman mereka tentang pokok-pokok kebenaran.
Jika kasih karunia itu mengubahkan maka seharusnya perubahan itu bukan saja dalam ajaran tetapi soal tindakan, soal perilaku. Kenapa? Sebab kini dalam kebenaran ada nilai-nilai baru yang menjadi ukuran bahwa kehidupan yang dijalani harus selaras dengan ajaran kebenaran dalam Yesus Kristus.
Kasih karunia Tuhan yang mengubah Paulus dihayatinya sebagai titik tolak untuk meneruskan kebenaran Firman Tuhan yakni keselamatan hanya oleh kasih karunia Tuhan berdasarkan Injil yang dipercayakan Allah (ayat 11).
Dalam perspektif inilah kehidupan sebagai orang percaya menjadi bernilai karena tidak sekedar mengimani kasih karunia-Nya tetapi sekaligus meneruskan kasih karunia itu dalam kehiduan yang berubah. Bertolak dari sini maka pelayanan setiap orang percaya perlu didasarkan pada pemahaman yang benar yakni pelayanan oleh karena kasih karunia-Nya. Pelayanan dengan semangat seperti ini tidak akan mudah diruntuhkan oleh kekecewaan karena kesetiaan Tuhan menghadirkan semangat yang sama. Bagi kita dewasa ini pelayanan itu tidak hanya di sekitar gereja tetapi menjangkau luas dalam pelayanan kita dimanapun berada. Kita semua adalah pelayan-Nya untuk memberitakan kabar sukacita dalam konteks kita masing-masing. Pelayanan kita bukanlah pelayanan untung-rugi, kalah-menang atau apapun yang berkaitan dengan hal-hal material. Pelayanan kita perlu bertumpu pada rumah, pada keluarga. Hal ini penting agar ketika berjumpa dengan persoalan tidak hilang pengharapan, ketika berjumpa sukacita tidak lupa bersyukur.
2. Perdamaian dengan Allah memungkinkan berdamai dengan diri sendiri (ayat 16-17)
Dalam bagian ini dikemukakan oleh Paulus siapakah dirinya yang selama ini hidup dalam kejahatan (ayat 13). Pengakuan ini semakin membuka pemahaman Paulus betapa kasih-karunia Tuhan Yesus telah mengubah hidupnya. Kesadaran seperti ini menjadi penting bahwa di hadapan-Nya Paulus yang tidak layak menjadi layak. Paulus yang tidak pantas menjadi pantas. Pengakuan ini menjadi semakin penting ketika Paulus menghayati betapa berdosanya Paulus. Dosa adalah pemberontakan terhadap Allah, dosa adalah memalingkan hidup dari Allah maka dosa berimplikasi kematian. Keadaan yang demikian membuka kesadaran Paulus bahwa hidupnya menjadi berarti oleh karena kasih karunia Tuhan. Kesadaran seperti inilah yang diperlukan dalam mewujudkan panggilan dan pengutusan sebab dalam kesadaran yang demikianlah maka hadir kerendahan hati. Sikap rendah hati dalam pelayanan tidaklah membuka ruang menghakimi sebaliknya memandang orang berdosa dalam kasih sebagaimana diri sendiri telah mengalami kasih-Nya. Pelayanan seperti ini memang tidak mudah di tengah dunia yang gemar melihat keberdosaan orang lain.
Dunia yang gemar memandang dengan rendah orang lain. Dunia seperti inilah yang akan dijawab oleh setiap pelayan Tuhan bahwa pelayanan adalah untuk mengakhiri segala persoalan dan bukan menciptakan persoalan. Pelayanan adalah pelayanan yang tertib dan bukan pelayanan yang tidak tertib (ayat 4)
Sahabat-sahabat yang Tuhan Yesus kasihi, Maka seluruh kesetiaan kepada pelayanan adalah kesetiaan kepada-Nya yang telah menyatakan kasih karunia yang memerdekakan. Maka dalam kerendahan hati serta tulus ikhlas setiap pribadi dapat terus memantapkan pelayanan yang berujung hanya bagi Allah yang kekal (ayat 17).
Maju terus bersama Tuhan Yesus sebab dalam persekutuan dengan-Nya setiap jerih lelah pelayanan dengan setia tidak pernah sia-sia. Amin.
KEGIATAN SEPEKAN
PERPUSTAKAAN GPIB JEMAAT SUMBER KASIH

Phone
021-765-5527